Kamis, 02 Oktober 2014

Pergi Demi Tugas, Pulang Demi Cinta

Selasa, 02 Juli 2013

Longdistance RelationShip

Longdistance RelationShip

Pergi Untuk Tugas atau PERGI UNTUK CINTA?
pergi untuk cinta, pulang untuk cinta. (pergi karena kecintaannya kepada negara, dan Tuhan dengan tujuan jihad, pulang karena mengingat kepada-Nya lah ia kembali. Subhanallah. sungguh mulia pekerjaanmu sayang…). Aku tak mengharapkan yang disebutkan orang orang tentang pergi demi tugas pulang karena cinta. Asal kamu bekerja atas Ridho Orang tua dan Istrimu maka, Allah pun akan Ridho dengan apa yang kamu lakukan.
karena itu yang selalu saya dengar. PERGI DEMI TUGAS PULANG DEMI CINTA. yup. kurang tepat ya. Karena sebenarnya kita bekerja itu untuk mencari Ridho Tuhan YME berarti Tugas sudah di jadikan Tuhan. Seandainya slogan itu diganti menjadi PERGI DEMI CINTA, PULANG DEMI CINTA. Seandainya dari awal seperti itu, pasti jika melihat prajurit yang meninggal karena perang, pasti kami para perempuan dibalik layar para prajurit ini akan lebih ihklas. Karena dia pulang kepada-Nya akibat kecintaannya kepada Negara dan kepada Tuhan YME





 Aku Tau Dunia Mu Adalah Dunia Perang

Hidup Dan Nafas Mu di Atur Oleh Negara.

Aku Pun Manusia Biasa
Yang Punya Cinta Dan Kasih Sayang
Yang Selalu Setia Menunggu Kamu Pulang
Aku Hanya Bisa Berdoa
Ya ALLAH...
Lindungilah Dia Disana
Jaga Lah Dia  Disaat Sedang Menjalan Kan Tugas Negara


No Away LDR !


Untuk Kau Yang Jauh Disana

kekasihku aku mencintaimu, cintaku tidak memiliki jenis tindakan. cinta ku itu adlah kekal. jadi aku tidak bisa menunjukkan betapa aku mencintaimu ,TAPI aku mencintaimu
Dan aku hanya tahu satu hal,
Bahwa....
Hidupmu ini milik negara tapi hatiku milikmu...
Tubuhmu didedikasikan untuk negara.
Tapi jiwaku hidup bersamamu
Nafasku berhembus untuk mu , hatiku berdetak untukmu cintaku ...
Kekasihku,aku tau kau akan mati untuk negara ,tapi aku tau kau akan hidup untuk cintaku ....
aku mencintaiku,meskipun pada akhirnya kau akan datang kembali ataupun tidak .
Tapi aku akan selalu denganmu selamanya, Setelah KEMATIAN , melampaui apapun yg akan berada disana untukmu
Kekasihku,ketika akuu membutuhkanmu segeralah ku tutup mataku & mulailah memikirkan mu, 
kamu yang tengah berdiri dengan seragam yg kau pakai,
menghadap menghormat bendera,
memiliki bangga diwajah.
kekasihku,aku akan merasakan kau ada dihatiku ...
 
L.D.R ( Long Distance Relationship )

Gak semua orang bisa menjalankan hubungan jarak jauh.. tapi ya inilah yang aku alami. Banyak perubahan-perubahan yang aku alami dan bener-bener bikin aku pusing ( kadang-kadang ).
Bagi orang yang belum pernah mengalami LDR, pasti bakal sulit untuk menjalankan hubungan ini.. tapi balik lagi ke pribadi orang tersebut dan juga pribadi pasangannya.
Bagi aku dan cowok aku, Yoh, menjalankan LDR ini suatu tantangan buat qta ( ya..beruntunglah kalian yang menjalankan LDR, hanya beda kota,at least kamu bisa ketemu sama pasangan 1 bulan sekali / berapa bulan sekali, naahh..kalo aku dan cowok aku, ???
karna LDR qta ini , banyak orang yang menganggap remeh ( underestimate) hubungan ini gak bakal work out..
termasuk orang terdekat qta. Kadang ngebuat aku down sih, tapi untungnya aku ketemu cowok yang slalu ngasih aku semangat, spirit, support… itulah kuncinya.
Selain kepercayaan satu sama lain dalam menjalankan hubungan, saling memberikan support itu penting banget, dimana saat rasanya enggak ada orang yang percaya akan hubungan ini..pasangan qta yang memberikan semangat..bahwa..yang menjalankan hubungan ini adalah qta.. qta yang merasakan, qta yang menjalani, qta yang masing-masing udah tau pribadi pasangan qta masing-masing…
Butuh ikatan komitmen yang kuat diantara aku dan pasangan karna gak mudah menjalani LDR. Banyak godaan dan pemandangan-pemandangan yang buat qta slalu mupeng ( MUka kePENGen ) dan memang untuk mendukung semuanya dibutuhkan komunikasi yang tepat, yaitu komunikasi 2 arah yang enggak hanya mendengarkan 1 orang yang berbicara tentang pandangan dia sendiri, tapi juga komunikasi pasangan yang satu-nya lagi.
Pernah berantem karna salah komunikasi ??? Oh My God!! itu pernah aku alamin..beberapa kali..
apalagi msalah facebook..
Kalo lagi berantem, aku thu ska di buat smpai nangis dulu,klo ga nangis ga afdol... tapi aku yang gak sabaran mau nyelesaiin masalah saat itu juga! jadi ya.. kalo bisa, kalo ada masalah diselesaikan deh buru-buru. Kalo kelamaan.. bikin hati makin meringis..is..is..is..
dan yang paling penting .. jangan pernah malu-malu ( karna mungkin sebagian cewek-cewek malu untuk ungkapin hal ini ) bilang kalo aku cinta banget sama dia.. harus sering bilang karena.. tau gak??!! say that i love u so much.. itu ngasih semangat.. begitu juga sebaliknya, kalo dia cinta qta.. itu ngasih semangat di hati qta..
Sabar, aduh.. kalo hal ini emang paling-paling…
Berhubung aku adalah orang yang gak sabaran, tapi dalam LDR ini, aku belajar keSABARan untuk nunggu dia pulang.. untuk nunggu dia bawa aku kesana.. sabar untuk di telpon sama dia..sabar untuk trima sms dia… sabar untuk ketemu sama dia..
dengan SABAR, qta bisa makin dewasa, karna ada hal-hal tertentu untuk mendapatkan sesuatu yag qta inginkan itu enggak mudah didapat gitu aja.. butuh kesabaran dan juga PENGORBANAN.
Banyak pengorbanan-pengorbanan dalam menjalani LDR, sikap mau berkorban demi pasangan qta .. makin membuat qta paham arti L.O.V.E .. gak sedikit yang qta korbanin untuk ngebuat LDR ini berhasil, tentunya selain pulsa ( kartu telpon, sms, dll ) yang pastinya dalam hubungan ini, qta harus ngorbanin perasaan, sifat, sikap qta, yang dulunya egois.. qta harus nurunin ego qta.. yang dulunya gengsi untuk ngelakuiin hal ini-itu, qta harus berkorban untuk nurunin rasa gengsi..
Jadi Long Distance Relationship ini mengajarkan banyak hal untuk qta.. ngebuat qta makin dewasa.. ngebuat qta makin menghargai waktu yang qta punya.. Apalagi kalo ada dia, makin dihargai banget deh rasanya..
ngebuat qta jadi orang yang paling sabar.. ngebuat qta jadi rendah hati.. bakalan nyesel deh kalo berantem sama pasangan..
meningan waktu-waktu ini digunakan sebaik mungkin..diisi dengan humor/candaan qta masing-masing.. diisi dengan planning-planning masa depan.. diisi dengan harapan-harapan yang tentunya bakal jadi kenyataan..
Nikmati aja masa-masa LDR ini, karna dibalik semua ini.. qta bakal dapat harga yang enggak ternilai..
Begitu qta ketemu nanti.. qta bakal makin sayang sama pasangan dan jangan pernah denger hal-hal yang buruk tentang pendapat orang-orang mengenai hubungan LDR ini, karna mereka orang yang takut mencoba tantangan..
makanya.. harus dibuktiin dong.. kalo pendapat mereka tuh salah..
Hidup ini kan penuh tantangan, jadi jangan pernah takut akan hal itu.. karna kalo qta udah cinta sm seseorang, qta bakal melupakan hal itu..
jangan LDR ini dianggap beban… tapi anggap aja LOVE GAMES..
kalo qta menang, qta naik level.. sampai TOP OF LEVEL, qta bakal ngerasaiin bagaimana indahnya jadi pemenang dengan segala usaha yang qta lakukan.
Jadi jangan pernah takut dengan LDR. Kepercayaan dalam diri ngebuat qta makin percaya kalo LDR ini akan berhasil
i love you Hun!.. with all my heart..


Tips Mempertahan kan LDR
Jangan keburu desperate dengan LDR alias long distance relationship. Menjalani hubungan jarak jauh memang terkenal dengan momok seputar gagalnya kisah cinta dan sebagainya. Namun hal itu sebenarnya tergantung pada komitmen Anda berdua. Ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum Anda menjalani hubungan jarak jauh. Cobalah beberapa cara ini.

1. Buatlah rencana

Bila hubungan Anda dan pasangan serius, buatlah sebuah rencana bersama pasangan Anda. Apa yang Anda dan pasangan tuju sehingga bisa menjadi alasan untuk bertahan sekalipun jarak dan waktu memisahkan.

2. Buatlah kesepakatan

Buat kesepakatan antara Anda dengan pasangan. Jangan buat terlalu banyak dan ribet, buatlah yang sederhana namun dapat mengikat Anda dan dia agar selalu terkoneksi dengan kesepakatan tersebut.

3. Beri tanda mata satu sama lain

Anda dan pasangan bisa bertukar sesuatu yang bisa dijadikan tanda mata. Dengan begitu Anda bisa saling mengingat satu sama lain di saat Anda saling merindukan atau sendang mengalami masalah. Jangan menyerah dengan hubungan Anda ketika tersandung sebuah masalah.

4. Komunikasi

Yang pasti dna tak terhindarkan adalah kebutuhan untuk saling berkomunikasi. Hal inilah yang menjadi makanan dalam hubungan Anda. Hubungan yang lapar akan komunikasi, rentan dengan temperamen tinggi dan kecurigaan.




LONG DISTANCE RELATIONSHIP 

Walaupun kita jauh Tetap hati ini terjaga buat kamu.

  Sebagian orang mungkin berpendapat, memiliki pasangan yang terpisah jarak ratusan kilometer sama saja seperti menyiksa diri — dan tak semua orang dapat bertahan dengan kondisi seperti itu. Tapi nyatanya, masih banyak pasangan yang mampu menjalani hubungan asmara jarak jauh dan bahkan bertahan hingga ke jenjang pernikahan.


 Menjalin hubungan jarak jauh adalah sebuah tantangan besar dalam percintaan. Ada sebagian pasangan yang sukses menjalaninya, tapi ada pula yang akhirnya memilih putus karena kendala jarak.


 Cinta memang tak kenal tempat dan waktu, dimana saja perasaan itu bisa bersemi. Karena itu banyak bermunculan pasangan yang berbeda jarak dipisahkan, sungai, gunung, laut, sampai benua.






awalnya menjalani sebuah hubungan jarak jauh memang banyak memerlukan sebuah komunikasi yang cukup lancar serta perlunya kepercayaan antara diri sendiri terhadap pacar , tidak banyak orang yang mau berkomitmen untuk melakukan suatu hubungan jarak jauh ini , entah karena bosen lah , karena kurangnya kasih sayang , karena tidak bisa diapelin waktu malam minggu seperti umumnya orang pacaran zaman sekarang .  tetapi bagi saya karena Cinta lah yang memberikan motivasi kepada saya kalau hubungan jarak jauh itu Indah . lebih menguatkan kita untuk saling berkomitmen , saling merindukan .


 


" Pergi Demi Tugas Pulang Demi Cinta " itu merupakan sebuah kalimat yang cocok untuk seorang pacar yang mininggalkan kekasihnya demi tugas negara . 4bulan sudah kami menjalankan hubungan jarak jauh ini , antara Pulau Papua dan Surabaya . banyak kendala - kendala yang kami alami buat jalanin hubungan ini . seperti Sinyal yang kurang baik , tidak bisa bertatap muka ,pacaran yang hanya mengandalkan sebuah Handphone untuk berkomunikasi . well.... tapi itu tidak menyurutkan saya untuk tetap setia menantinya kembali.




Karena kesabaran dan saling setia  yang selalu wajib dilaksanakan supaya hubungan ini tetap awet dan lancar . sebagaian besar orang bilang kalau pacaran jarak jauh itu susah dan menyebalkan , soalnya karena komunikasi yang terkadang susah , perbedaan waktu antara pulau - ke pulau yang berbeda  dan perbedaan tempat yang bikin susah untuk ketemu dengan sang pacar . 


 






Mutiara motivasi diri
"Tak ada manusia yang sempurna dari kekurangan...tak ada manusia yang tak pernah membuat salah, meskipun dia seorang Nabi pilihan Tuhan...Semua manusia bereaksi berdasaran latar belakang kehidupannya masing-masing, dan secara kodrat memang latar kehidupan semua orang pasti berbeda (meskipun 2 orang kembar) , sehingga akan menciptakan sudut pandang yang berbeda pula dalam memandang masalah......
Maka...terimalah kekurangan orang lain dengan iklas, supaya orang lain juga bisa menerima kekurangan kita....dan hargailah kelebihan orang lain dengan lapang dada, supaya orang lain juga bisa menghargai kelebihan kita..."


http://27.media.tumblr.com/tumblr_lov7fcAVy51qmajfyo1_400.jpgBelajar menjadi bijak sama sekali bukan refleksi jiwa yang mulai memasuki usia tua ,ataupun refleksi jiwa yang mulai pasif dan malas...tapi merupakan langkah nyata untuk berbuat adil,menghargai, menyayangi,mensyukuri,mengenali diri sendiri .

Orang yang bijak bukan berarti orang yang sabar secara emosional, tapi orang yang berfikir dengan tepat pada suatu permasalahan dan berani menerima serta melihat kenyataan dengan ikhlas dan sportif.........sebaliknya orang yang tidak bijak adalah orang yang tak mau berusaha menerima dan melihat kehidupan secara apa adanya, selalu mengingkari dan membuat manipulasi.

^_^===============>
Sengaja kuketikkan kata2 luahan rasa.
Agar engkau tahu betapa besar rasa sayangku untukmu.
Agar engkau tahu betapa besar rasa cintaku kepadamu.
Agar engkau tahu betapa besar ketulusanku ini.
Agar engkau tahu pula aku disini selalu mengharapkan sosokmu .
Menjadi bagian dari hidupku.
Menjadi bagian dari separuh diengku.
Menjadi penopang segala gundah gulanaku.
Menjadi imam dalam keluargaku.
Wahai calon imamku...
Tahukah engkau bahwa aku yang mencintaimu dalam diamku.
Tahukah engkau bahwa aku yang merindui dengan sikapku.
Tahukah engkau bahwa aku yang menyayangimu dengan sifatku.
Aku yang selalu memikirkanmu tanpa henti.
Aku yang selalu menantimu tanpa waktu.
Aku yang selalu ingin berjumpa walau dalam bayang semu.
Calonku yang bertahta dihatiku ...
Engkaulah orang yang pertama dan terakhir dalam hidupku.
Engkaulah orang yang selalu bernaung didalam hatiku.
Engkaulah orang yang mengarahkan jalan dikala kusalah.
Engkaulah orang yang selalu membimbingku disaat hati terasa hampa.
Engkaulah orang yang menjadi Imamku dalam keluarga.
Engkaulah orang yang menjadi tumpuan segala masalah.
Untuk itu calonku...
Jangan pernah mengeluh disaat ujian dan rintangan datang dalam hubungan kita
Aku yakin kita mampu menghadapinya dengan kelapangan kita.
Aku berharap jangan pernah berhenti mengingatkan aku
Jangan pernah berhenti mengingatkan dalam berbuat kesalahan.
Tegurlah dan nasehatilah aku dengan kelemah lembutan yang kau punya.
Agar aku mampu merubah kejelekan dan keburukanku.
Calon imamku ...
Aku tak berharap banyak kepadamu.
Aku tak berharap lebih terhadapamu.
Cukuplah yang ada didirimu sekarang.
Bukan nanti setelah yang ada dirimu .
Ingatlah imamku.
Orang yang paling mulia mengajak makmumnya menuju kejenjang keseriusan yaitu pernikahan.
Jika kau mampu untuk menjalankan sunnah nabi lakukanlah imamku.
Agar tak menjadi fitnah dunia.

Dari makmummu yang merindukan imam. ^_^

Rabu, 01 Oktober 2014

Peluklah Hatiku

Aku tak tahu dengan apa yang terjadi pada hidupku sekarang, yang jelas sekarang aku bahagia dengan seseorang yang aku cintai. Aku memang belum beruntung untuk mendapatkan hatimu. Entah sampai kapan kau hadir menemaniku tanpa memeluk hatiku. Semua berjalan seperti angin lalu tanpa kamu tahu aku selalu ingin mendengar kata-kata manis itu keluar dari mulut manismu. Aku masih menunggumu, walaupun terkadang kamu tak menganggapku ada, tapi aku akan selalu ada untukmu yah sampai kamu bosan dan tak menginginkanku lagi. Aku sadari aku bukanlah pilihan hatimu, sampai kapanpun kamu takkan mungkin memilih aku. for you aji
Hmmm itulah tulisanku sebelum tertidur. Aku memang suka menulis tentang dia, dia adalah Aji dia merupakan kakak kelasku waktu smk dan kebetulan jurusan kami sama. dulu kami sempat dekat seperti kakak-adik lama lama jauh karena dia sudah punya pacar, ya jauh banget dari hidup aku. Setelah lulus sekolah kita lost contect selama setahun membuatku tak mengharapkannya lagi, kadang-kadang aku selalu menganggapnya sudah pergi jauh dan tak akan ketemu lagi seumur hidup aku. Yah aku tetap menjalaninya dengan apa adanya. Aku selalu terima jika kau harus pergi tinggalkan aku karena aku gak berhak mengatur hidupnya aku sadar aku bukanlah siapa-siapa.
Hari sabtu yang lumayan cerah, membuatku semangat untuk menjalani aktivitas pekerjaanku. Tak kusangka aji mengajakku pergi main sesudah pulang kerja. Aku seperti mimpi dibuatnya hari itu aku ngerasa Cuma dia yang bikin aku bahagia. Kita lalui hari ini dengan begitu ceria mulai dari karaokean, nonton sampai makan ketoprak yang paling aku gak bayangkan dia mau nganterin aku pulang ke rumah plus kenal sama keluarga aku. Haha bener-bener kaya lagi mimpi dan gak boleh ada yang ngebangunin.
Habis pertemuan itu bikin kita semakin dekat karena dia selalu sms aku tiap detik walaupun posisinya aku dan dia belum ada hubungan pacaran tapi, rasanya sudah begitu sama seperti orang pacaran. Aku tau pilihan hatinya bukanlah aku. Aku gka mikirin semua ini yang jelas aku bahagia dengan orang yang aku sayang.
Sampai akhirnya kita jadian tanggal 19 september 2013.
Ya aku bahagia tapi rasanya dia seperti hilang, dia hanya membalas smsku 4 hari sekali. aku sangat khawaatir tapi aku bisa apa mungkin aku hanya mengganggu hidupnya saja. Dikirain aku setelah jadian kamu bakalan lebih sayang dan perhatian sama aku. nyatanya itu hanya angan–angan yang bikin dada aku sesak. aku harus kuat melawan kesepianku. rasa rindu begitu penuh saat bertemu denganmu. Hanya beberapa jam saja sangat indah dan sangat berarti.
Sebenarnya aku iri saat rekan kerjaku dijemput pacarnya, mereka masih bisa bersaman walaupun mereka sama-sama kerja saling memberi support, bercanda ria, bermanja-manja. tapi aku hanya bisa mencintaimu dan mendoakanmu dari jauh tanpa aku tau kabar kamu, sedang apa kamu, aku gak tau apa-apa tentang kamu. Kesepian ya kesepian yang begitu menyayat hati. air mata gak mampu redamkan rindu. Apakah aku mampu bertahan dengan keadaan ini. Cinta membuatku begitu tegar untuk melewatinya. Karena ku yakin disana kau bahagia tanpa aku, tanpa cinta kita dan tanpa kenangan yang selalu kita bikin bersama. Apa artinya hidup aku tanpa kamu? Apa artinya kata cintamu? Apa artinya pelukan ragamu tanpa kau memeluk hatiku.

Ulang Tahunku Kita Jadian, Ulang Tahunmu Kita Sudahan

Mendung!!! Sang Mentari tampaknya enggan tersenyum lagi di hari ini. Tampaknya ia turut berkabung dengan apa yang mengusikku beberapa hari lalu.
“Please.. jangan hujan lagi,” kataku memohon dalam hati.
Pikiranku melayang kembali mengingat serangkaian kenangan yang hilang itu. Sebuah sayatan tanpa aliran darah menggores satu bagian intim di ragaku. Suara yang biasanya menjadi pengobat kerinduanku, menenangkan kegelisahanku, hari itu berubah menjadi sebuah panggilan terlarang yang harusnya aku reject kala itu.
“Hah, siaalll!!!” teriakku menghapus semua kilasan masa lalu itu.
Janji itu kosong, rasa itu bohong, bulsyiiittt!!!

Tanpa terasa beranjaklah angka di hidupku, tampaknya sudah tak pantas aku bermanja-manja, mulai harus menata diri melangkah ke jenjang yang sering mereka sebut dewasa.
Kringg… kring… kring…
“Halo, Assalamu’alaikum”, kataku manis pada sosok di ujung telepon.
Suaranya memang sudah kutunggu dari lonceng pergantian malam tadi. Syahdu sekali seperti Sang bayu yang mengayun sepoi-sepoi membelai mahkotaku di tepi pantai.
“Selamat ulang tahun ya, semoga apa yang kau impikan dapat tercapai Say.”
“Iya, terimakasih Say,” Jawabku bersemangat.
“Aku boleh bilang sesuatu?”
“Boleh, apa?” kataku dengan cepat, tak sabar apa gerangan kata-kata yang ia utarakan.
“Maaf ya karena aku menggantungkanmu kemarin-kemarin, semoga kamu bisa belajar dari kesalahan, maukah kita menjalin kembali hubungan kita?”
Hatiku mendengar semua perkataanmu sangat bahagia, “Artinya kita pacaran lagi?” meskipun ada hal-hal yang menyakitkanku dengan manisnya permintaanmu, seakan-akan akulah troublemaker dalam hubungan kita. Tapi sayangnya aku tak sanggup marah dan membencimu, karena raga dan batinku sudah terpatri kuat pada satu nama yaitu “Fikar” (namamu).
Satu bulan kita jalani hubungan itu kembali, terasa sangat menyenangkan, meski ragamu tak pernah aku temui, tapi jarak itu seakan tak berarti. Aku selalu merasakan kau ada di sampingku di setiap waktu.
Lima bulan berjalan, kau mulai mencoba lebih serius untuk mengenalku, bukan hanya diriku tetapi melangkah ke sosok-sosok penyemangatku. Aku semakin yakin padamu bahwa aku tak salah memilihmu, menantimu, mengharapmu untuk bersanding sebagai imamku kelak.
Kerikil-kerikil kecil pernah kita alami tapi rasanya tak sanggup aku mengganjalnya terlalu lama. Selalu kita coba untuk membuangnya dan mengobati dampak luka yang terjadi karenanya. Hah, indah sekali rasanya hingga tak kusadari batu besar itu datang.
Bulan Januari, 2 bulan sebelum perayaan 1 tahun usia hubungan kita. Ada gelombang besar yang mengusik hidupmu, aliran takdir tak semulus apa yang engkau bayangkan. Segala upaya untuk masa depan yang engkau rencanakan kelak bersamaku harus rela kau lepas dan mengulangnya dari nol. Aku mencoba menguatkanmu bahwa ini bukan akhir, tapi tampaknya kau terlalu terpukul.
Satu bulan terlewati, mendekati titik-titik penting dari perjalanan kami, kau tampak lebih baik. Semangatmu sudah terpompa lagi, hubungan kita juga semakin erat, rasanya luapan rindu selalu tertampung setiap harinya.
Pengobatan kerinduan kita hanyalah si besi penyampai kabar ini. Seperti hari biasanya, kau selalu menyapaku dengan tulisan singkat di benda itu pada pagi hari. Tapi, hari itu, satu hari sebelum pergantian angka di hidupmu dan bersamaan dengan 6 hari sebelum hari bersejarah kita, pesanmu beda.
Bro, tau ga, tadi malam aku mimpiin Reta lagi, aseemmm. (By: Fikar)
Bagai petir menggelegar saat kubaca pesan yang tampaknya bukan ditujukan untukku. Terlebih Reta itu bukan namaku, kutahu nama itu memang pernah singgah di hatinya tapi itu dahulu. Api amarahku menyeruak, kubalas sms itu dan ku ajukan berbagai pertanyaan yang menyelumut di pikiranku. Fix hari itu kami bertengkar.
Sudah pukul 22.00 tanpa ada kabar darinya, aku semakin merindunya. Harusnya aku jangan terlalu keras padanya, bukankah dia sudah minta maaf, mengapa tidak aku berbaikan saja? Well, akhirnya kuputuskan nanti jam 00.00 ketika pergantian di usianya aku akan mengucapkan selamat dan meminta maaf atas segala tindak kekanakanku.
“Oh my God, sekarang jam 02.00,” kataku kaget karena alarmku tak memihakku.
Segera kupencet nomornya dan kuharap dia belum terlelap tidur. Alhamdulilah, suara di sana ramai.
“Lagi apa?”
“Nonton TV.”
“Say, Selamat ulang tahun ya,” Kataku penuh cinta.
“Iya makasih, aku boleh bicara sesuatu sama kamu?”
“Boleh, ada apa?”
“Kita break dulu aja ya, aku mau menenangkan diri dulu.”
Hatiku tercabik-cabik, pernyataan itu, begitu membuat aku tak sanggup berkata-kata. Tanpa terasa ada aliran deras mengalir membasahi wajahku. Suaranya di ujung sana sudah tak sanggup aku dengarkan lagi, yang ada ragaku menjadi lunglai tak berdaya. Aku mencintainya tapi kenapa ia bilang seperti itu? Salah besar apa yang aku lakukan?
6 hari sebelum hari jadianku, tepat di hari ulang tahunnya hubungan ini di ujung tanduk. Aku hanyalah wanita biasa, yang mempunyai rasa mencinta yang terlampau dalam untuknya, berharap memperbaikinya tampaknya malah semakin parah.
“Perasaanmu gimana sih sekarang?” tanyaku mendesaknya.
“Abu-abu, ya sudahlah semoga kau dapat jodoh yang baik di sana.”
Kata-kata itu menyakitkanku, apa dia ingin mempermainkanku karena sebentar lagi aku akan ulang tahun? O yah, pasti seperti itu, Ok. Aku harus sabar menunggunya.
Tepat jam 00.00 pergantian usiaku, kutunggu-tunggu sms atau teleponnya tapi ternyata kosong. Pagi berganti Siang, Siang berganti Malam tapi kabar darinya tak ada. Aku sakit hati tapi hanya tangis yang bisa mengobatiku. Hingga sebuah pesan baru mengusik kepiluanku
Selamat ulang tahun. semoga kamu bahagia, God bless you (By: Fikar).
Just it? Oh no… apa dia serius ingin menyudahinya? Tapi kenapa Tuhan, Aku tak mengerti!!
Waktu bergulir hingga satu bulan terlewat, aku selalu mencoba mengejarnya untuk menyelesaikan apa yang mengganjal di kalbuku, sayang tanyaku tak pernah berujung dengan sebuah jawaban.
Tiga bulan berjalan, tapi kau tak pernah bersua semanis dahulu, kata-katamu ketus, sakit aku membaca tulisanmu, hingga kuberanikan diri menanyakan mengapa kau lakukan ini padaku.
Maaf, aku tak tahu dari mana aku harus bercerita, awalnya aku memang mencintaimu tetapi beberapa bulan lalu perasaan itu menjadi hambar. (By: Fikar)
Tuhan, aku tak sanggup menangis lagi, air mataku sudah habis. Badanku lemas Tuhan, kehilangannya membuat semangatku memudar. Bayangan sekitarku memudar, aku hanya bisa meraba-raba dinding menemui Ibu, Sayangnya ragaku tak kuasa menyokongku dan akhirnya aku tersungkur. Sebelum mataku terkatup aku sempat memohon pada Tuhan,
“Tuhan, tolong hapuskan ingatanku dan kenanganku yang berhubungan dengannya. Jangan siksa aku dengan rasa yang tak berujung ini”.

Aku Rela

Aku tak peduli apa yang sedang berlangsung. Aku tak peduli dengan ibu-ibu cerewet di depan kelas yang sedang menjelaskan materi. Aku tak peduli akan catatan-catatan yang ia tuliskan di papan. Aku tak peduli dengan semuanya. Yang aku pedulikan hanyalah diriku sendiri, pikiranku, hatiku. Kenapa denganku ini? Dengan pikiranku? Dengan hatiku? Kenapa diam-diam aku masih memperhatikanmu? Kenapa aku masih memikirkanmu? Kenapa hatiku masih mencintaimu? Beribu kata ‘kenapa’ selalu beputar-putar di diriku, tetapi aku pun tidak bisa menjawabnya.
Ku hadapkan kepalaku ke arah keluar kelas. Ramai sekali di luar sana, seramai pikiranku yang memikirkanmu. Entah mengapa semua ini tiada habisnya. Aku masih sering memikirkanmu dan menangisimu, bertanya-tanya kenapa kamu membuatku seperti ini. Mataku sudah kering untuk menangis lagi. Hatiku seakan hancur dipenuhi sesak yang tiada habisnya bila mengingatmu, mengingat kita. Dulu semuanya terasa indah, sangat indah. Tapi bagaimana dengan sekarang? Apakah air mataku dan hatiku yang sakit ini termasuk indah? Tidak kan?
Aku mulai memejamkan mataku. Mengingat-ingat semuanya. Kata-katamu di hari itu, genggaman erat tanganmu, air mataku… Perlahan semuanya langsung hinggap di dalam memoriku, membuat rasa sesak di hati ini terasa lagi. Kenapa sesak ini tak kunjung sembuh? Apakah di dalam sana hatiku masih rapuh? Kenapa sesakit ini rasanya rapuh karenamu? Kapan aku bisa melupakanmu? Melupakan kenangan kita? Kejadian di hari itu sudah membuatku kehilangan separuh hidupku. Saat kamu genggam erat tanganku dan mengucapkan kata-kata itu. Ya, semua penderitaanku berawal dari sana. Saat….
Kamu genggam erat tanganku. Mata kita bertemu. Mataku yang penuh kebahagiaan bertemu dengan matamu yang penuh kebingungan, rahasia dan sedikit penyesalan. Aku mulai bertanya-tanya.
“Sonya…” Kamu menunduk.
“Kamu kenapa?” Tanyaku lembut.
“Son… kita sampai disini aja, ya.”
Aku terkejut. Tiba-tiba saja semuanya terasa berat, terasa hancur. Sangat terasa dari dalam hatiku kalau ini menyakitkan. Badanku terasa lemas. Aku masih tidak percaya tentang apa yang kamu katakan. Pasti ini mimpi, batinku. Ya, ini mimpi. Aku hanya perlu bangun dan semuanya normal.
“Kamu bercanda kan? Jangan bercanda seperti itu.” Aku mencoba menenangkan diri.
“Lihat aku, apa aku bercanda?” katamu dengan serius.
Tak kutemukan nada bicara bercanda dalam kata-katamu. Entah mengapa hatiku terasa sakit, terasa perih. Dan sialnya, ini memang bukan mimpi, tetapi kenyataan. Kenyataan yang pahit.
“Ke… kenapa?” Aku menahan air mataku ‘tuk jatuh.
“Aku sebenarnya masih menyayangi dia, tetapi entah mengapa aku juga memiliki rasa untukmu. Kau tahu, kan, siapa dia? Orang yang dulu… sebelum kamu…”
Tak usah diperjelas, aku tak mau tahu tentang dia, dia yang membuatmu berucap seperti itu, mengakhiri apa yang telah kita pertahankan.
“Aku… aku ingin kembali kepadanya. Maaf…”
DEG. Semuanya terasa kosong.
Aku hancur. Hatiku terasa semakin sakit, sesak sudah mengepul di diriku. Mataku mulai basah. Jadi selama ini kamu menyayangi aku dan dia? Kenapa kamu tidak bilang dari awal? Kenapa kamu berbohong? Bukannya dulu kamu bilang kamu akan menjaga perasaanku dan tak akan menyakitiku? Apa kamu tidak tahu bahwa yang kamu lakukan telah membuat hatiku sakit? Apa kamu tidak tahu?
“Maafkan aku berbohong padamu. Maafkan aku bila cintaku ini masih ku bagi-bagi. Maafkan aku, Son…”
Aku masih menatapmu, menatap mata indah yang dulu jadi duniaku. Apa ‘kamu dan aku’ sudah berakhir? Ah, entah. Ingin sekali aku melepas genggaman ini, menampar wajahmu dan mencaci makimu. Ingin sekali aku menghajarmu sampai habis, ataupun memelukmu dan tak akan melepasnya. Tapi, siapa aku ini? Aku hanya orang lemah yang sempat dibuat kuat dan sekarang rapuh karena orang yang sangat kusayang. Lemah, hancur, rapuh, perih.
“Kenapa… Kenapa kamu tega?” kataku lirih.
“Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku tidak mau menyakitimu di kemudian hari bila kamu terlalu lama bersamaku. Aku tak mau kamu menyayangi aku, menyayangi orang yang salah.”
Ya. Kamu sudah jujur. Kamu berbohong. Kamu orang yang salah. Kamu memang salah.
“… Aku mengerti. Cukup sampai disini, berbahagialah dengannya.” Kataku berbohong, berusaha menutupi kepedihanku.
Ah! Kenapa aku merelakanmu? Kenapa aku pua-pura rela?
“Maaf, Son,” kamu tersenyum, “tapi kita tetap akan berteman, ya!” Kamu berkata dengan entengnya. Kamu lepaskan genggaman hangat tanganmu, membiarkan tanganku ini dingin lagi. Lalu kamu segera berlalu. Dan setelah itu aku tak mau tahu lagi.
Entah kenapa sampai sekarang peristiwa hari itu masih teringat olehku. Aku berusaha melupakannya, tetapi sosokmu selalu datang dan membuat semuanya gagal. Senyummu, wajahmu, perhatianmu, kata-kata manismu dan kenanganmu… Semuanya sangat manis.
Aku masih ingat jelas saat pertama aku mengenalmu kamu adalah orang yang aneh, humoris, dan bisa membuatku tertawa. Aku ingat saat kamu menyatakan cintamu disaat acara api unggun malam itu. Saat kamu memelukku, mencium pipiku, menggenggam tanganku… Bahagia sekali aku dapat memilikimu. Tapi apa gunanya aku bahagia sekarang? Kamu telah menghancurkan semuanya, semua yang kamu dan aku lakukan.
Kamu yang memulai, dan kamu juga yang mengakhiri semua ini.
Apakah benar kamu memutuskan hubungan kita di hari itu? Apakah benar kamu bukan milikmu lagi? Apakah benar kamu dan dia sudah bersama, sudah bahagia? Apakah benar? Oh, cepat bangunkan aku, ini semua hanyalah mimpi. Bangunkan aku!
Ya, ini semua memang mimpi. Kamu masih milikku dan aku masih milikmu. Ya, dalam mimpi…
Aku terus memandang keluar kelas, menyibukkan diri dengan pikiranku. Tiba-tiba saja sosokmu lewat, berhenti di depan kelasku. Kamu melihat ke arahku, tersenyum padaku. Kuperhatikan senyum manismu yang dulu sering kamu berikan kepadaku. Senyuman yang dulu jadi penyemangat langkahku. Tapi sekarang, entah. Yang ada senyum manismu itu membuat hatiku semakin sakit.
Aku menelan ludah pahit. Perlahan ku ukirkan secuil senyuman di wajahku dengan terpaksa. Senyuman yang menyembunyikan kesedihanku, senyuman palsu. Hatiku semakin terasa rapuh. Kamu pun segera berlalu.
Sial. Sampai kapan hatiku rapuh? Sampai kapan senyuman palsu ini menutupi kepedihanku? Sampai kapan aku memikirkanmu? Aku lelah dengan semua ini. Aku lelah belajar rela, belajar untuk tegar, aku lelah. Semakin aku mencoba merelakan, semakin terasa perih hatiku. Sesak ini sudah menyatu dengan tubuhku, menggerogoti hatiku. Membunuh diriku dengan perlahan.
Aku selalu mencoba tersenyum saat kamu melihatku. Aku selalu berusaha menahan air mataku bila aku melihatmu dengannya. Aku selalu berusaha bahagia saat melihatmu bisa tertawa dengannya, bukan denganku. Aku selalu berusaha terlihat tegar, walau sebenarnya aku rapuh.
Aku kuat. Aku bisa tersenyum kembali. Aku bisa menghapus perasaanku ke kamu. Aku bisa memunguti puing-puing hatiku dan menyatukannya kembali. Aku bisa melupakanmu, merelakanmu bahagia bersamanya. Aku bisa tegar. Aku bisa rela. Ya, aku bisa.
Tetapi sampai kapan aku pura-pura rela?

Karena Dia

Karena dia hidupku jauh lebih bersinar tapi Karena dia juga hatiku menjadi terluka. Sendirian tertutup begitulah aku. Aku punya hobi bermain basket ya tapi aku hanya bermain secara personal. bertanding dan ikut suatu tim adalah suatu yang membuang waktu. lagipula aku orang yang tertutup dan pemalu.
Semua ini berawal ketika aku bermain basket di lapangan indoor sekolah waktu itu aku kira semua murid sudah pulang tapi dia memergokiku bermain basket. Dia pun memaksaku begabung, dengan usaha kerasnya aku tidak bisa menolak. Dari sanalah kau mulai menyukainya dadaku semakin sesak dia membuatku mampu bersosialisasi.
Hari ini adalah saatnya saat untuk menyatakan perasaanku sekaligus hari pertandingan pertamaku melawan sekolah lain. tapi hari itu gak berjalan mulus seperti yang kukira. pada saat berjalan aku tidak sengaja mendergar percakapan dia dengan temanya. “Dil loe punya orang yang loe suka nggak secara loe kan cantik”.
“Iya bener tuh eh loe kan lagi deket sama cowok yang baru gabung ke tim basket kita”.
“Ah gak mungkin loe kan suka sama hendrik dari dulu kan dan alasan loe ajak cowok itu gabung di tom pasti karena permintaan dia”.
Tiba-tiba dia diam, aku belum pernah melihat wajahnya yang malu seperti itu. jadi karena itu semua karena permintaan sahabatku ternyata mereka berdua menusukku dari belakang. Kukira semua kebaikan itu adalah cinta tapi kenapa?
Aku pun masuk sekolah dengan perasaan sakit. hari ini mereka mencoba menyapaku aku hanya menghindari mereka berdua. Hatiku masih sakit mengingat semuanya aku bahkan pulang dan melewatkan hari pertamaku bertanding basket dengan sekolah lain aku sudah tidak peduli semua. Di kamar aku pun meneteskan air mata, ini pertama kalinya aku terluka seperti ini, apakah ini bisa sembuh, semua rasa sakit ini?

Kembalilah Seperti Setahun Yang Lalu

Aku rindu tatapannya, aku rindu senyumnya, aku rindu suaranya, aku merindukan semua tentangnya. Dia yang tak akan merindukan ku, dia yang tak mengenalku. Aku hanyalah bagian ingatan yang telah mati, yang tak kan mungkin untuk hidup kembali. Dia telah bahagia bersama kehidupan barunya, kehidupan yang sebelumnya telah dilalui bersamaku. Aku terlalu lelah menantinya, menanti sebuah keajaiban yang dapat mengembalikan kenangan-kenangan yang membuat ku mampu bertahan hingga setahun lamanya.
Tuhan.. dapatkah aku menggenggam tanganya? Dapatkah aku memeluknya? Mungkinkah aku dapat bersamanya seperti sediakala? Mustahil.. benar benar mustahil, dia sudah melupakan ku, dia tak lagi mengenalku. Sudahlah.. aku tak perlu menyesali semuanya, meski dia tak bersama ku, dia masih bisa tersenyum. Mungkin aku hanyalah peran pendukung yang ada di kehidupannya. Ya.. itu benar.
Saat ini dia berada di hadapanku, namun tak sekilas pun dia melihatku. Aku hanya tersenyum melihat wajahnya, wajah yang dulu sering menemaniku.
“hey.. kenalin, aku Adit..”
Aku sudah tau.
Dia menyapaku, dia berbicara dengan ku. Apa yang harus aku katakan? Haruskah aku mengingatkannya kembali bahwa aku adalah orang yang dulu selalu disampingnya, ataukah aku orang yang dicintainya? aku benar benar bingung, bahkan aku tak dapat mengeluarkan suara ku, terasa kaku dan beku.
“hey.. hey… aku Adit, kayaknya kita di kelas yang sama.. kalo boleh tau kamu siapa? Emm… lulusan sekolah mana?”
Aku melihat wajahnya lebih dekat lagi dengan ku, namun aku masih saja tak dapat berbicara. Mungkin aku terlihat seperti gadis bodoh di hadapannya. Entahlah.. aku memang gadis bodoh. Tak terasa tangan ku meraih pundaknya dan memeluknya.
“aku memrindukan mu” ucapku samar-samar, namun tetap saja dia masih bisa mendengarku.
Aku tak peduli dengan posisiku saat ini, namun aku sedikit tenang karena aku dapat berbicara dengannya, dapat memeluknya, meski tak sama seperti dulu.
Beberapa menit kemudian aku tersadar, dan melepaskan pelukan ku. Dia terlihat bingung, dan menatapku dengan tatapan yang penuh tanda tanya.
“apa kau mengenalku?” tanyanya dengan tatapan yang dulu pernah dia lakukan padaku.
Ya.. aku mengenal mu, sangat mengenalmu, Apakah kau tak bisa mengingatku? Aku kekasih mu. Aku Vera, masih sama seperti Vera yang dulu. Adit.. tolonglah..!! ingat aku meski hanya sekilas.
“ohh.. maaf. Aku tak mengenal mu..” jawabku dengan suara datar ku.
Tidakk.. bukan itu yang ingin aku katakan..
“gak.. sepertinya aku sangat mengenal mu, emmm kamuu….”
Ya.. ya.. ingat-ingat siapa aku, dan apa posisiku di kehidupanmu yang dulu.
“maaf, aku tak bisa mengingat namamu..”
“aku VE-RA.. V-E-R-A.” Aku sedikit memperjelas suaraku.
Tetap saja dia tak bisa mengingat ku, memang semua salah ku, jika saja aku selalu di sampingnya, kejadian setahun lalu itu takkan terjadi.. maafin aku Dit.. memang tak sepantasnya kamu mengingat orang yang tak terlalu memperhatikan mu, hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Ini salah ku.
Dit, jika kamu tak bisa mengingat siapa aku, setidanya kamu ingat semua janji yang pernah kamu ucapin dulu, gak akan pernah ninggalin aku dalam hal apapun, gak akan pernah lupa sama kenangan-kengan yang pernah kita lalui, gak akan pernah buat aku kecewa. Tapi sekarang semuanya malah berlawanan, kamu ninggalin aku, kamu lupa semuanya, kamu yang sekarang bukanlah kamu yang dulu. Memang seharusnya aku mengakhiri semuanya. Karena Adit telah mati.. dan kamu bukanlah Adit. Mengapa aku baru menyadari semuanya setelah aku terluka? Apakah kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan saat ini? Apakah kamu dapat mendengar suaraku ketika kau di depanku?. Selamat tinggal Adit.
“Ya sudahlah jika kamu tak dapat mengingat ku tak kan jadi masalah bagiku. Aku senang kamu ternyata kamu masih ingat sedikit tentang aku meski kau tak tau apa itu, mungkin suatu saat nanti kau dapat mengingat semuanya”
Aku berniat pergi meninggalkan Adit, namun di langkah pertamaku Adit menarik tangan ku, dan memeluk ku.
“ya… aku mengingat mu, sangat mengingat mu… mengapa kau tak mengatakan semuanya padaku?”
“aku mempunyai alasan tersendiri..”
Akhirnya.. aku sangat bahagia.. dan aku rasa aku adalah wanita yang paing beruntung di dunia ini. Sangat, sangat dan sangatlah beruntung. Ternyata aku bukanlah kenangan mati baginya, aku rasa dia menepati semua janji yang telah dia katakan padaku. Aku akan selalu berada di sampingnya dimanapun dia berada.
“apa kamu benar-benar mengingat ku?” tanyaku untuk memastikan lebih jelas lagi.
“aku mengingat mu..”
Terimakasih tuhan.. terimakasih atas takdir yang telah kau tulis untukku dan Adit, dan terimakasih telah menyadarkannya kembali.
Sepulang kuliah aku langsung melihat kenangan-kenangan bersama adit, yaitu fotoku bersamanya. Ketika dia memelukku, ketika dia menciumku, ketika dia mencubit pipiku, semuanya begitu jelas disini, semuanya begitu indah dan tak mungkin aku lupakan. Aku ingin mengulangnya kembali bersama nya. Aku rasa Adit masih belum sepenuhnya ingat masalalunya bersamaku, dan mungkin jika aku menunjukkan sedikit pecahan ingatannya dia akan menyadari segalanya. Ya..!!! aku harus menunjukkan ini semua padanya.
Aku menunggunya di depan gerbang sepulang kuliah utuk menunjukan foto tentang aku dan dia. Sebelumnya aku sudah mengirim pesan padanya, entahlah dia akan datang atau tidak. Tapi aku yakin dia akan datang, dia pasti datang.
Beberapa menit kemudian dia datang bersama seorang gadis yang menurutku dia manis, mungkin dia temennya atau apalah. Adit mulai mendekatiku dengan senyuman yang aku suka, namun setelah dia berhadapan denganku dia memperkenalkan gadis yang bersamanya.
“Ver, kenalin, ini Gita.”
Aku tersenyum pada gadis itu kemudian aku menyebutkan namaku.
“aku Vera.”
“owh ya, Adit cerita banyak tentang kamu.. katanya kamu temannya yang baru dia ingat.. dulu kamu satu SMP kan sama dia?”
Apa? Teman? Apakah Adit mengingatku hanya sebatas teman?, dia tak mengingat ku ketika aku SMA, dia hanya mengingatku saat aku menjadi temannya, bukan kekasihnya. Lalu wanita ini siapa?
“oh.. ya.. kalau boleh tau, apa hubungan mu dengan Adit.”
“Adit belum ceita sama kamu? Dasar Adit. Dia itu pacarku..” ucapnya dengan senyuman manisnya.
Setelah aku mendengar kata “pacar” badan ku terasa lemas, aku rasa aku tak bisa menahan air mataku, dan aku menjatuhkan kotak yang berisi album photo.
“Dit jaga dia ya.. jangan biarkan dia kesepian, jangan pernah tinggalkan dia dalam hal apapun, sayangi dia selalu.”
Aku mulai menjauh dari mereka berdua, bahkan aku lupa tak membawa kotak yang aku jatuhkan. Aku rasa mereka bahagia, aku rasa aku hanya menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Aku memutuskan untuk melupakan adit. Aku bukanlah gadis paling beruntung di dunia, tetapi aku gadis termalang di dunia. Apa yang akan aku lakukan tanpanya, tanpa dia di sisiku? Selamat tinggal dunia lamaku, selamat datang dunia baruku.

DIA TELAH PERGI

Jam weker ku berbunyi sangat nyaring, membangunkan aku dari tidurku yang nyenyak. Aku tersadar hari sudah pagi, dan aku pun segara ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan segera menunaikan sholat subuh. Hari ini adalah hari ke 70 aku sekolah SMP. Dengan hati yang gembira, aku memasuki gerbang sekolahku, ya aku senang sekolah disini.
Pada saat di kelas, guru meminta tolong kepada sekretaris untuk membawakan buku tulis yang kami kumpulkan tadi, yang dimaksud sekretaris itu adalah aku, aku menjabat sebagai sekretaris di kelas ku. Seperti biasa, aku membawa buku-buku itu ke kantor guru. saat di depan perpustakaan, tiba-tiba ada seorang lelaki yang menabrak ku, hingga buku-buku yang ku bawa pun berjatuhan.
“aduh buku-buku ku” kataku khawatir dengan buku teman-teman ku
“maaf ya, sini aku bantu beresin buku nya”
Hening… tangannya tepat pada punggung tanganku, kita saling menatap sejenak.
“kelihatannya lelaki ini baik, cakep lagi” kataku dalam hati
Aku segera beranjak bangun dan membereskan buku-buku itu.
“hmmm maaf ya aku jalan gak hati-hati” kata lelaki yang tak ku kenal itu
“iya gak apa-apa kok, aku juga yang salah”
“sini biar aku bantu bawa buku nya”
“engga gak usah! Aku bisa sendiri kok” kata ku sambil menjauhkan buku-buku itu darinya
“ah gak apa-apa, masa sih aku tega biarin cewek secantik kamu bawa buku sebanyak ini” dia memaksa sambil membawa setengah dari buku-buku yang aku bawa
“ah bisa aja, makasih ya” kataku sambil menatap nya penuh dengan senyuman
Setelah selesai menyimpan buku-buku itu di ruang guru, Lalu aku dan dia berjalan menuju kelas ku, aku belum tahu namanya bahkan aku belum pernah lihat dia semenjak Masa orientasi siswa (MOPD).
“kamu kelas 7G kan?” dia mengagetkanku karena dia tahu kelasku
“iya, kok tahu sih?” dengan wajah penasaran
“ya tahu dong, aku gitu” membuatku penasaran seakan-akan dia memperhatikan aku
“emang kamu kelas apa?” tanyaku makin penasaran
“oh iya kenalin nama ku Dava gilang yanuar, panggil nya Dava aja!”
“oh Dava… nama ku Resti Suc…”
“iya aku udah tahu nama kamu kok” dia memotong pembicaraanku dan membuat aku kaget karena dia udah tau nama ku
Semenjak kejadian itu, aku dan dia semakin dekat. Dia sering ke kelas ku untuk mengajak aku ke kantin atau apalah.
Hari-hari berlalu, aku dan dava semakin dekat, sampai suati hari dava menyatakan perasaannya padaku, bahwa dava mencintaiku sejak pertama kali dava bertemu aku, tapi dava baru berani menyatakan cintanya hari itu, karena sebenarnya aku pun sama, jatuh cinta padanya sejak pertama kali aku bertemu dia. Maka aku terima cintanya itu, dan pada hari itu juga kita jadian.
Setiap hari aku selalu bersamanya, hari-hariku aku lewati bersamanya, suka duka, canda tawa aku lewati semua itu bersamanya. Aku sangat mencintainya, sampai-sampai aku berfikir aku tak mau kehilangan dia.
Tapi ada yang selalu aku tanyakan, tangan dia selalu dingin dan selalu basah dengan keringat, dia sering mimisan dan pingsan, ekspresi wajah dia selalu suntuk, dan gak aneh lagi kalo dia jarang masuk sekolah karena sakit, Pantes aja aku belum pernah liat dia, ternyata dia jarang sekolah. Aku selalu bertanya padanya “kamu kenapa? Apa yang kamu rasakan? Apa yang terjadi? Ceritakan padaku!” Tapi dia selalu menjawab “aku tidak apa-apa, aku hanya kecapean aja”. Dan setiap aku tanya tentang itu, jawaban dia selalu tidak apa-apa dan dia selalu mengalihkan pembicaraan.
Pada saat itu, aku dan dava sedang ngobrol di taman favorit kita berdua, dan tiba-tiba dava pingsan, aku panik, aku langsung menelphone mamanya dan membawa dava ke rumah sakit, dan ternyata setelah diperiksa, dava harus dirawat di rumah sakit sampai dava pulih kembali. Aku khawatir terjadi sesuatu pada dava. Setiap sepulang sekolah aku selalu menjenguknya ke rumah sakit, tapi pada hari terakhir dava dirawat, aku tak menjenguknya, aku tak mengunjungi dia ke rumah sakit karena aku harus menyelesaikan tugas-tugas sekolah aku yang numpuk dan harus selesai besoknya.
Setelah dava pulih dari sakitnya dan sudah keluar dari rumah sakit, dava harus mulai sekolah lagi dan harus mengejar pelajaran yang ketinggalan saat dava di rawat di rumah sakit itu. Dan beberapa hari itu aku dan dava tidak bertemu lama, karena aku dan dava sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah masing-masing, aku bertemu dengan dava saat istirahat sekolah saja.
Pada hari itu, aku dan dava akan mengerjakan tugas yang sama di rumahnya dava sepulang sekolah, sebelum mulai mengerjakan tugas, dava mandi dulu karena habis olahraga tadi di sekolah, dan aku di suruh diam di ruang tamu nungguin sampai dava selesai mandi. Tiba-tiba mama nya dava menghampiri ku, dan mamanya cerita panjang lebar padaku tentang dava. “sebenarnya dava mempunyai penyakit leukimia dan lemah jantung, dan sekarang penyakit itu semakin parah. Sebelum dava kenal sama aku, dia gak mau berobat sekalipun, dava tak punya gairah hidup, yang dilakukan dava hanya mengurung diri di kamar, dan dava jarang sekali berbicara. Tapi setelah dava kenal sama aku, dava jadi berubah, dava mau berobat, mau beraktifitas, gak diam terus di kamar, sekarang dava mau berbicara panjang lebar, sekarang dava mempunyai gairah hidup lagi, tak seperti dulu. Dava gak mau menceritakan penyakitnya ke aku karena dia gak mau aku sedih mengetahui penyakitnya itu, dia gak mau aku menderita gara-gara dia. Dan aku harus pura-pura tidak tahu tentang semua penyakitnya itu.” kata mamanya dava jelas. Mendengar semua itu aku langsung shock! Aku gak percaya, ternyata selama ini dia gak mau cerita karena dia gak mau aku sedih, aku menderita gara-gara dia, tenyata dava sok kuat di depan aku, tapi di belakang aku dava kesakitan.
Beberapa hari berlalu, aku menuruti apa kata mama nya, aku pura-pura tidak tahu tentang penyakitnya itu walaupun di dalam hati aku menangis mengkhawatirkan dava.
Saat itu, aku merasa ada yang aneh dalam hatiku, satu hari itu aku ingin selalu bersamanya, entah apa yang terjadi, hatiku merasa hari itu aku harus bersama dava, aku harus menemani dava, entah apa yang akan terjadi.
Hari itu benar-benar hari aku bersama dava, aku pergi ke taman favorit aku dan dava. Saat asik-asik nya aku memperhatikan bintang-bintang di atas langit, tiba-tiba “sayang, maafin aku ya karena aku bukan yang terbaik buat kamu, aku selalu ngerepotin kamu, aku selalu bikin kamu susah, aku gak bisa membahagiakan kamu, dan aku…” kata-kata dava terhenti setelah telunjuk ku mendarat di bibir dava
“ssssttt sayang, jangan bilang gitu, aku gak pernah sedikit pun merasa direpotin, malah aku yang selalu nyusahin kamu, aku selalu manja sama kamu, selama aku di sisi kamu, aku bahagia kok sayang, asal aku terus bersama kamu”
“makasih sayang, aku sayang kamu” dava mencium kening ku
Dan aku balas ciumannya dengan pelukan, tiba-tiba dava melepas pelukanku, “sayang jika aku pergi, kamu jangan sedih ya! Kamu harus cari pengganti aku yang bisa jaga kamu, yang lebih baik dari aku, kamu jangan…”
“bicara apa sih kamu dav, jangan gitu! Kamu gak akan pergi, kamu akan terus bersamaku disini, ngejaga aku, nemenin aku, kita akan terus bersama sayang” aku memotong pembicaraan dava, karena aku khawatir, aku takut mendengarkan semua kata-kata yang diucapkan dava. Kenapa dava tiba-tiba bicara seperti itu, aku takut.
Setibanya di rumah, aku langsung menuju kasur dan tiduran, aku tak bisa tidur, aku terus memikirkan perkataan dava tadi. Dan keesokan harinya, tepat pukul 06.15 mamanya dava menelephone aku dan memberi kabar bahwa dava meninggal. innalillahi wainna ilaihi rojiun. Mendengar semua itu aku langsung shock, nangis dan aku langsung buru-buru ke rumahnya untuk mengetahui apa benar semua itu, sebab aku masih tak percaya akan semua itu, aku tak percaya bahwa orang yang selama ini bersamaku pergi begitu saja dan tak akan pernah kembali lagi ke sisiku, dan baru tadi malam aku bersamanya.
Setelah aku sampai di rumahnya, ternyata benar, di depan rumahnya sudah ada bendera kuning dan sudah banyak orang yang melayat. Aku semakin shock! aku langsung masuk ke rumahnya dan ternyata dava sudah terbaring dan sudah ditutupi kain kafan. Aku semakin sedih dan melihat mamanya dava sedang menangis tersedu-sedu sambil memandang anaknya yang sedang terbaring ditutupi kain kafan itu. Aku menghampiri mamanya dava yang sedang menangis itu, dan mamanya dava langsung memeluk ku dan berkata padaku “kata dava, kamu jangan sedih, jangan tangisi dava jika dava telah pergi, kamu jangan terpuruk akan kepergian dava, kamu harus lanjutin hidup kamu tanpa dava, kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari dava. Itu pesan dari dava sebelum dava menghembuskan nafasnya yang terakhir.” Jelas mamanya dava
Dan ternyata firasatku itu benar, ternyata hari itu benar-benar hari terakhir aku bertemu dava, hari terahir aku bersamanya, hari terakhir aku memeluknya dan aku tak akan pernah melihatnya lagi, sekarang dava sudah tidak ada, tak ada lagi sosok dava di hidupku, tak ada lagi yang menemani hari-hari ku lagi, dava tak akan kembali lagi ke sisi ku selamanya.
Beberapa bulan aku terpuruk akan kepergian sosok dava di hidupku, karena minggu depan aku harus menjalani testing untuk masuk ke SMK N 1 TASIKMALAYA, aku terus belajar agar aku bisa masuk SMK 1, dan seharusnya aku testing bersama dava karena kita dulu sudah sepakat ingin melanjutkan sekolah ke SMK N 1 jurusan Multimedia, tapi sayang, cita-cita kita berdua itu tak tercapai sepenuhnya, karena dava sudah tidak ada.
Dan akhirnya aku lulus ke SMK N 1 jurusan Multimedia tanpa dava. Dan sekarang aku sudah bisa hidup tanpa sosok dava di sisiku, namun dava selalu ada di hatiku seperti bayangan, walaupun suatu hari nanti aku dengan orang lain, tapi dava akan selalu ada dalam hatiku.